“Kita seringkali tidak bijaksana dalam menilai.
Meminjam dan mengamini pandangan orang lain, lalu lupa untuk menggunakan mata hati untuk melihat. Kita mudah meyakini bahwa ibu tiri itu jahat; tato identik dengan kriminal; orang dengan HIV/AIDS sangat berbahaya; dan anak-anak di dalam Lembaga Pemasyarakatan sudah pasti anak “nakal”. Sayangnya, kita tidak benar-benar tahu kenyataannya, kita hanya mengikuti keyakinan orang kebanyakan. Menstigma tanpa bertanggung jawab.
Tanpa kita sadari sebenarnya kita adalah manusia-manusia jahat.
Pernahkah terbayangkan dalam benak bahwa ada seorang anak yang putus asa menjadi “anak baik”? Ia dengan sengaja melakukan pelanggaran hukum agar kembali masuk ke lembaga pemasyarakatan karena merasa sudah tidak diterima lagi di masyarakat.
Atau bocah berusia belasan tahun yang mengubur segala cita dan harapan karena label anak “nakal” menancap di relung jiwanya seumur hidup.
Si A tidak diterima bekerja karena riwayat pernah menjadi warga binaan.
Si B tidak melanjutkan sekolah pun hanya karena ia pernah berada di balik jeruji besi, meski hanya karena mencuri beberapa buah jambu biji. Bukan semata sekolah menolaknya, tapi hati yang masih rapuh itu telah dihancurkan sampai tiada jelas bentuknya.
Mereka sama, berikanlah kesempatan, dan mereka pun bisa.
Lima tahun berjalan kami setia untuk mempromosikan kesetaraan hak dan penghapusan diskriminasi untuk anak-anak berkonflik dengan hukum, khususnya anak-anak yang berada di balik jeruji besi. Beberapa upaya kami lakukan, salah satunya dengan mengikuti pameran Jagongan Media Rakyat di Jogja Nasional Museum (JNM) pada tanggal 23-26 Oktober 2014 yang lalu. Dalam acara tersebut kami memamerkan beberapa hasil karya anak-anak dampingan di Lapas Klas II B Klaten. Dengan karya tersebut kami berharap stigma negatif terhadap mereka dapat perlahan-lahan luntur.”
Hari Pertama dan Kedua: Keramaian Anak-anak SD
Hari pertama pameran, Sahabat Kapas sibuk menata stand dan memenuhinya dengan beragam produk anak- anak dampingan di lapas. Mendapatkan jatah tempat di bagian belakang museum yang terhalang oleh aula seminar, stand Sahabat Kapas pada hari pertama masih sepi pengunjung. Meskipun mendapatkan tempat yang kurang strategis, personil Sahabat Kapas tetap semangat menggelar dagangan dan berinisiatif untuk berkenalan dengan komunitas lain yang mengisi stand terdekat.
Menjelang siang, anak-anak SD yang bersekolah di samping JNM ramai berdatangan. Lokasi stand yang dekat dengan sekolahan serta display yang menarik membawa anak-anak untuk berkunjung ke stand Sahabat Kapas. Mereka tampak antusias bertanya dan menjanjikan akan datang keesokan harinya.
Pada hari kedua stand Sahabat Kapas yang mengusung produk #OnJail buka mulai pukul 09.00 WIB. Seperti hari pertama, stand Sahabat Kapas masih sepi pengunjung. Hari kedua ini bertepatan dengan hari Jum’at dimana pada pagi hari masyarakat umum masih sibuk dengan pekerjaan, kuliah, sekolah, maupun aktivitas lainnya. Sekitar pukul 10.00 WIB stand Sahabat Kapas kembali diramaikan oleh anak-anak kecil usia TK-SD. Anak-anak ini sangat antusias melihat pernak-pernik yang terdapat dalam stand. Dari berbagai pernak-pernik yang dipamerkan dalam stand ternyata anak-anak paling tertarik dengan gelang karya anak-anak dampingan di Rutan Klas I A Surakarta tahun 2009 lalu. Tanpa rasa canggung anak-anak meminta kuis pada relawan Sahabat Kapas demi mendapatkan sebuah gelang secara gratis. Anak-anak mulai berbaris secara rapi dan satu persatu memperkenalkan diri. Kuis berlangsung dengan seru. Para relawan semangat memberi mereka kuis, mulai dari perhitungan hingga menerjemahkan kata-kata berbahasa Inggris yang ada di kaos produk #OnJail. Keramaian anak-anak yang memenuhi stand Sahabat Kapas akhirnya berlalu setelah beberapa puluh menit. Produk gelang pun akhirnya laku dan terjual habis karena diserbu oleh anak-anak.
Detik demi detik berlalu, pengunjung silih berganti. Banyak pengunjung yang menanyakan tentang Sahabat Kapas dan tidak sedikit pula yang membeli produk-produk #OnJail. Ada beberapa pengunjung yang memberi masukan dan ada juga yang tertarik dengan karya anak di Lapas Klas II B Klaten, sehingga membuat pengunjung ingin bekerja sama, memesan sablon karya anak di Lapas Klas II B Klaten.
Hari Ketiga: All About Sahabat Kapas
Berbeda dengan hari- hari sebelumnya yang masih relatif sepi, lapak Sahabat Kapas mulai banyak dikunjungi oleh para pendatang pameran pada hari ketiga. Sudah siap sejak pukul 09.00 WIB, para relawan yang baru datang dari Solo menggantikan shift relawan yang telah berjaga pada hari pertama dan kedua. Pada hari itu banyak mahasiswa Jogja yang sedang mengerjakan tugas lapangan dan meliput Sahabat Kapas. Ketertarikan mereka berawal dari isu yang diusung Sahabat Kapas yang memang belum familiar bagi mereka. Beberapa mahasiswa dari UAD dan UNY mewawancarai relawan dan juga Direktur Sahabat Kapas, Dian Sasmita, terkait dengan sepak terjang Sahabat Kapas.
Dengan logo “I am Different, Not Dangerous”, seorang wakil dari change.org Indonesia pun tergelitik mampir di stand Sahabat Kapas. Dari pembicaraan yang terjadi, muncullah beberapa ide kerjasama ke depan yang mungkin bisa dilakukan oleh kedua pihak. Selain itu pengunjung dari berbagai kota seperti Wonogiri, Jakarta, hingga Lampung pun mampir dan berbincang-bincang dengan para relawan. Banyak di antara mereka yang memborong produk #OnJail sebagai wujud kepedulian mereka terhadap isu anak.
Hari Keempat: Mengubah Paradigma Lewat Lensa Kamera
Di hari keempat, relawan Sahabat Kapas tidak membuka stand produk #OnJail karena seluruh kru berpartisipasi dalam acara pemutaran film. Acara yang masih merupakan rangkaian event Jagongan Media Rakyat ini menampilkan beberapa film hasil karya komunitas. Film “Cabe, Harga Sebuah Kebebasan” karya anak di Lapas Klas II B Klaten berkesempatan untuk diputar dan terbuka untuk diapresiasi oleh penonton dan pengunjung JMR. Film ini memang menjadi salah satu media untuk menyampaikan pesan anak di dalam lapas kepada publik luas. Dalam film berdurasi 15 menit ini, penonton diajak untuk melihat lebih dekat kehidupan anak di dalam lapas dari sudut pandang yang berbeda. Film ini memotret ide tentang bagaimana hal-hal kecil yang sangat sepele untuk orang lain di luar sana dapat menjadi hal berharga yang membuat mereka bahagia.
Pasca pemutaran film, acara dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Penonton melemparkan beberapa pertanyaan seperti apa saja kegiatan Sahabat Kapas untuk anak di dalam lapas, tujuan pembuatan film, serta alasan Sahabat Kapas menyerukan pesan “Stop Penjarakan Anak”. Pertanyaan terakhir tersebut merupakan pernyataan yang sudah sering dilontarkan dan menjadi perntanyaan yang lazim disampaikan oleh masyarakat awam.
Banyak dari masyarakat yang berpendapat bahwa penjara adalah tempat dimana anak yang telah terbukti bersalah harus mempertanggungjawabkan perbuatannya. Tidak banyak yang mau melihat dari perspektif yang berbeda. Pada kenyataannya penjara/lapas/rutan bukanlah jawaban atas permasalahn tersebut. Lapas/rutan mengungkung fisik anak, membuat mereka putus asa dan bahkan mungkin menyimpan dendam. Tidak banyak yang tahu bahwa minimnya pembinaan terhadap anak yang berada di dalam lapas/rutan membuat anak kehilangan kesempatan untuk bisa memperbaiki diri. Hal substansial yang mereka butuhkan adalah bimbingan dan pendampingan agar mereka bisa berproses dan menyadari bahwa mereka telah melakukan kesalahan, mampu memahami dan memikul tanggung jawab serta pada akhirnya tidak akan mengulangi perbuatannya lagi.
Dalam sesi tanya jawab tersebut, para relawan Sahabat Kapas juga menyampaikan sedikit informasi tentang ‘Diversi’ dan apa yang bisa dilakukan oleh para pengunjung yang hadir jika dihadapkan dengan kasus anak. Sebagai anggota masyarakat, merekka diharapkan mampu untuk bersikap tanggap dan bijaksana dengan mengutamakan kepentingan terbaik bagi anak.
Keikutsertaan Sahabat Kapas selama empat hari dalam Jagong Media Rakyat di Jogjakarta memberikan banyak teman, pelajaran dan pengalaman baru. Dengan pengalaman dan dukungan dari masyarakat luas, Sahabat Kapas semakin bersemangat untuk selalu mendampingi anak- anak untuk mengejar masa depan mereka yang lebih cerah.
Ditulis oleh Evi Baiturohmah, Febri Mahfud E., Bungsu Ratih P. R. dan Febi Dwi S. (Relawan Sahabat Kapas)
Foto diambil dari facebook Sahabat Kapas : Solidaritas Kapas