Overseas Practice Engagement 2024: Experience as A Facilitator

Short Introduction and Partake in The Group

Akhir April sampai awal Mei 2024 adalah waktu yang sangat mengesankan bagiku karena berkesempatan mewakili Sahabat Kapas menjadi fasilitator dalam kegiatan Overseas Practice Engagement (OPE) yang dilaksanakan oleh Yayasan Kota Kita bekerjasama dengan The Barlett Development Planning Unit (DPU) University College London (UCL). OPE merupakan kegiatan tahunan dari Yayasan Kota Kita dan DPU UCL dimana pada tahun ini, mereka bekerja sama dengan Catalytic Action dari Lebanon untuk mengadakan rangkaian kegiatan OPE di Kota Solo. Tahun ini, OPE mengangkat tema Youth and Urban Governance.

Kegiatan ini berangkat dari fakta bahwa, pada banyak konteks, komunitas pemuda tidak lagi terlibat dalam lembaga-lembaga formal perkotaan. Alih-alih,‬‭ mereka‬‭ melakukan‬‭ inisiatif‬‭ gerakan‬‭ yang‬ diorganisasi‬‭ secara‬‭ independen,‬‭ berupa‬‭ kampanye‬‭ dan‬‭ advokasi,‬‭ kegiatan‬‭ peningkatan‬‭ kapasitas,‬ maupun forum diskusi untuk meningkatkan kesadaran dan merawat percakapan terkait isu tertentu. Oleh karenanya, OPE 2024 menjadi sarana bagi mahasiswa-mahasiswa DPU UCL untuk lebih mendalami bagaimana interaksi antara komunitas-komunitas kepemudaan di Kota Solo dengan pemerintah kota. OPE 2024 menyoroti peran komunitas pemuda yang dianggap sangat penting dan memastikan agar perspektif dan prioritas mereka sebagai warga diperhitungkan dalam perencanaan dan tata kelola kota serta‬ berperan‬‭ sebagai‬‭ pemimpin‬‭ kota‬‭ di‬‭ masa‬‭ depan.‬‭ OPE 2024 dapat dikatakan merupakan bagian dari proyek besar untuk melahirkan sebuah platform digital dimana komunitas anak muda dapat berpartisipasi dengan komunitas lain maupun dengan pemerintah kota untuk mengembangkan tata kelola kota yang lebih baik. 

Oh iya, sebagai fasilitator OPE 2024, aku dan teman-teman telah melalui beberapa seleksi, loh. Mulai dari seleksi administrasi hingga Forum Group Discussion (FGD) dalam bahasa Inggris, juga pelatihan sebagai fasilitator. Betul, karena tugas kami akan membantu dalam memfasilitasi teman-teman dari London, maka kami diharuskan paham dan memiliki kecakapan bahasa Inggris yang cukup. Setelah melalui rangkaian pelatihan, kami dibagi dalam 5 (lima) kelompok dengan masing-masing kelompok akan bekerja sama dengan satu komunitas kepemudaan dan sekelompok mahasiswa UCL yang akan mencari tahu lebih lanjut tentang komunitas-komunitas kepemudaan yang sudah ditentukan. Total ada 5 (lima) komunitas yang akan bekerja sama dengan kami, yaitu Generasi Berencana (GenRe) Surakarta, Karang Taruna Joyotakan, Pemuda Penggerak, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Solo, dan Komunitas Pusat Kajian Komunitas Solo (PUKAPS). 

Arrival in Solo and Group Works

Pada 30 April 2024, aku berkesempatan untuk ikut menjemput teman-teman UCL di Bandara Adi Sumarmo Boyolali bersama teman-teman Kota Kita. Kami sangat antusias dan saling berkenalan satu sama lain, termasuk dengan anggota dari kelompok 1 (satu). Seru sekali meski saat itu Solo sedang diguyur hujan deras. Teman-teman yang berasal dari Timur Tengah terlihat sangat terkesan karena mereka jarang melihat hujan yang begitu lebat. Perjalanan kemudian dilanjutkan dengan mengantar teman-teman UCL menuju hotel, tempat di mana mereka akan menghabiskan waktu kurang lebih 10 (sepuluh) hari di Kota Solo. 

Pada hari berikutnya, teman-teman UCL mempresentasikan proposal penelitian yang telah mereka buat di depan komunitas yang mereka teliti, pemerintah kota, dan tentu saja dosen-dosen mereka yang luar biasa. Setelahnya, kami kemudian berkumpul dan berkenalan lebih lanjut dan tentu saja kami juga mengenalkan perwakilan dari GenRe yang akan membantu penelitian ini. Oh iya, aku akan mengenalkan kelompok dan Berlian. Kelompok kami terdiri dari 7 (tujuh) orang mahasiswa yang berasal dari berbagai belahan dunia. Satu dosen pembimbing dari Lebanon, satu orang berasal dari India, satu orang berasal dari Kenya, satu orang dari Suriah, dan 4 (empat) orang lainnya berasa dari Tiongkok daratan. Kami berdiskusi membahas mengenai linimasa untuk mengadakan kegiatan bersama teman-teman GenRe dan banyak hal lain, termasuk kebutuhan-kebutuhan mereka untuk melakukan penelitian. 

Pada pekan pertama, kegiatan kami sangat padat dengan pengambilan dan input data mentah. Dari kegiatan ini aku belajar banyak mengenai isu-isu apa saja yang sedang disoroti oleh pemerintah melalui GenRe. Ternyata, stunting menjadi isu utama dalam setiap diskusi kami. Selain itu, aku juga belajar bahwa privasi dan keaslian karya menjadi hal yang sangat penting dalam suatu penelitian, loh. Bahkan UCL menyediakan lembar pernyataan bahwa penelitian ini murni dilakukan dan tidak ada campur tangan dari kecerdasan buatan dan juga ada layanan pemusnahan data responden yang dilakukan setelah penelitian selesai! Keren sekali! 

Setelahnya, beberapa teman kami dari London berkesempatan mencoba hal-hal baru di Kota Solo dengan jalan-jalan, memesan makanan melalui Grab, dan menukarkan uang asing. Bahkan teman kelompokku yang berasal dari India dan Timur Tengah meminta bantuanku untuk mencarikan persewaan mobil dan pengemudi untuk mereka bisa mengunjungi Candi Borobudur yang ikonik itu. 

Pekan kedua dimulai dengan wajah kami yang mulai kelelahan tapi tetap tidak menyurutkan semangat kami untuk menyelesaikan tugas. Pada pekan kedua ini, kami akan fokus untuk penyusun presentasi hasil dan masih ada beberapa kegiatan GenRe yang harus diikuti oleh teman-teman UCL. Kami berkesempatan mengunjungi Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Surakarta di mana saat itu GenRe sedang mengadakan sosialisasi tentang stunting. Teman-teman di SMAN 1 Surakarta terkejut dengan kedatangan kami yang mendadak. Tak luput, kami jadi sasaran anak-anak untuk dimintai swafoto bersama. Kegiatan berjalan dengan lancar sampai kami berkumpul kembali di hotel untuk membahas mengenai presentasi akhir dan input hasil penelitian. 

Namun sangat disayangkan, teman kami dari Kenya mengalami demam tinggi dan nyeri sendi di malam sebelum presentasi sehingga harus dilarikan ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit. Aku, Berlian, dan dosen pembimbing kelompok kami berinisiatif untuk menemaninya di Rumah Sakit hingga mendapatkan penanganan. Kata dokter, perbedaan kebiasaan sebagai akibat dari perbedaan budaya, misalnya terkait makanan, menjadi kemungkinan penyebab teman kami sakit. Akhirnya, sementara teman-teman lain bekerja keras untuk mendesain kegiatan presentasi akhir, kami membantu teman yang sakit tersebut untuk mendapatkan perawatan di hotel dengan meminum obat yang telah diresepkan dan memastikan dia makan dengan baik.

Setelah memastikan teman kami sudah dalam kondisi baik, kami melanjutkan diskusi kelompok dan bersepakat untuk membuat presentasi dalam bentuk bermain peran! Kami membagi diri dalam beberapa peran, yaitu sebagai Duta GenRe, Forum GenRe, Perwakilan Dinas DP3P2AKB, dan masyarakat penerima manfaat. Dialog yang kami susun memuat beberapa hal yang menjadi temuan kami selama penelitian, mulai dari keluhan duta GenRe melihat banyak anak muda yang tidak mau ikut kegiatan karena malas, perwakilan dinas yang tidak memberikan mereka ruang yang lebih besar, penjelasan tentang program melawan stunting terkait siapa saja penerima manfaat dan bagaimana mereka melakukan implementasinya, dan kendala lain yang mereka hadapi sebagai suatu organisasi. Kami juga menyiapkan berbagai macam properti untuk mendukung presentasi, seperti sekotak penuh telur, banner, kertas plano berisi penjelasan-penjelasan, dan hal-hal kecil lainnya misalnya selempang duta GenRe, seragam, dan lain-lain. Tugasku tentu saja menjadi penerjemah untuk pengunjung booth kami yang merupakan anggota dari komunitas-komunitas pemuda di Kota Solo. Sementara itu Berlian bertugas menjadi MC pada kegiatan presentasi. 

Presentation Day and Saying Good Bye!

Hari yang ditunggu telah tiba: final presentation! Setelah melalui persiapan yang panjang dan melelahkan, kegiatan presentasi dihadiri oleh banyak sekali komunitas kepemudaan dan perwakilan pemerintahan. Kegiatan dibuka dengan sambutan oleh perwakilan dosen DPU UCL untuk menjelaskan bagaimana tata cara kegiatan presentasi ini.

Sementara kami bersiap di booth kelompok, hadirin diminta untuk secara bergiliran mengunjungi booth dan diberi waktu masing-masing 10 (sepuluh) menit untuk mendengarkan presentasi. Seru sekali! Semua orang dalam kelompok merasa sangat puas dengan hasil kerja keras kami itu. Kegiatan kemudian ditutup dengan acara talk show yang mengundang perwakilan masing-masing kelompok menjabarkan visi dan misi dari komunitas masing-masing, serta menjelaskan secara singkat hasil penelitian kelompok tersebut.

Tak lupa, Mbak Icha sebagai penanggung jawab OPE 2024 memberikan beberapa patah kata sebagai penutup rangkaian kegiatan yang luar biasa ini. Momen tersebut juga kami jadikan sebagai momen perpisahan. Sepuluh hari yang sangat luar biasa, mulai dari kebingunganku dan Berlian untuk menerjemahkan istilah bahasa Jawa, sampai saat kami berbagi makanan, jalan-jalan, dan saling mengikuti di Instagram. Momen singkat itu tidak akan terlupakan. Malam harinya kami berkumpul kembali di Rumah Banjarsari untuk farewell party. Momen tersebut juga kami gunakan untuk berbagi souvenir dan mengucapkan selamat tinggal. Kami makan dan berjoget bersama hingga larut malam dan pesta semakin seru saat hujan deras menerpa kami. Keesokannya, mereka sudah benar-benar meninggalkan Kota Solo dengan segala kenangan singkat di 10 (sepuluh) hari itu. Kami saling berpamitan di Grup WhatsApp dan berjanji suatu hari nanti kami akan bertemu kembali, di kesempatan dan di tempat yang lain. Terima kasih kalian sudah bekerja sama dengan baik dan semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk semua orang. 

Janggan Aulia Agastya 

Fasilitator OPE 2024

Menjaga Kota Menjaga Kita : Edukasi Perlindungan & Keselamatan Diri Anak. Upaya Pencegahan Kekerasan Pada Anak. Kolaborasi Kesatria Anak x Sahabat Kapas didukung Kota Kita

Kegiatan Roadshow dongeng di SLBB Pawestri

 

Kasus kejahatan terhadap anak semakin meningkat. Berdasarkan data Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (Simfoni PPA) tercatat pada rentang Januari hingga November 2023 terdapat 15.120 kasus kekerasan terhadap anak dengan 12.158 korban anak perempuan dan 4.691 korban anak laki-laki, dimana kasus kejahatan seksual menempati urutan pertama dari jumlah korban terbanyak sejak tahun 2019 sampai tahun 2023. 

Melalui program Menjaga Kota Menjaga Kita yang didukung oleh Kota Kita, Sahabat Kapas dan Kesatria Anak menggaungkan kampanye perlindungan diri dengan kegiatan workshop dan roadshow festival dongeng anak berani dengan tema “Edukasi Perlindungan dan Keselamatan Diri Anak”, dengan tujuan membekali anak–anak untuk menjaga diri dan mengenali situasi ancaman bahaya dan upaya perlindungan diri. Roadshow ini berjalan sejak November 2023 sampai Februari 2024. Kegiatan meliputi satu kali workshop yang dilaksanakan di Perpustakaan Daerah kota Surakarta dan 3 kali roadshow dongeng.

Selama kegiatan berlangsung Sahabat Kapas dan Kesatria anak  menggandeng Lembaga PPAP Seroja, Perpustakaan Ganesa, Perpustakaan Daerah Surakarta, dan SLBB Pawestri sebagai mitra. Kegiatan Menjaga Kota Menjaga Kita diikuti sebanyak 177 anak dengan rentan usia TK, SD, SMP & SMA yang tersebar di wilayah Surakarta, Sukoharjo & Karanganyar. Kegiatan ini melibatkan 30 fasilitator dari Sahabat Kapas, Rumah dongeng Kinciria dan Mahasiswa Magang UNS serta UKSW. 

Kegiatan Menjaga Kota Menjaga Kita berlangsung melalui metode edutaintment dengan aktivitas – aktivitas menyenangkan sehingga edukasi perlindungan diri mudah diterima dan dipahami anak. Aktivas tersebut berupa dongeng “Arju Si Pemberani!”, role play, bermain kartu, art craft activity, diskusi poster, gerak dan lagu. Media dan metode kegiatan merupakan hasil kajian riset yang dikembangkan oleh Kesatria anak mengenai edukasi perlindungan diri. Metode ini juga telah diimplementasikan bersama Sahabat Kapas sejak tahun 2022.

Harapan besar melalui kegiatan Menjaga Kota Menjaga Kita, anak-anak dapat terlindungi dari segala bentuk kekerasan dan kriminalitas. Kami percaya bahwa setiap anak memiliki kekuatan untuk melindungi diri agar anak tumbuh sehat, aman & bahagia.

Disini, kami mengajak semua pihak yang memiliki kepedulian dengan anak. Bergandeng tangan dan saling berkolaborasi untuk dapat mempertemukan edukasi perlindungan diri ini kepada lebih banyak anak di berbagai wilayah Indonesia. 

Penulis: 

Amelia Mardiani- Mahasiswa Magang UNS periode Januari-Februari 2024

Arthur Ruswandi- Mahasiswa Magang UKSW periode Januari-Februari 2024

MENULISKAN MIMPI

Edisi khusus: Diskusi Selapanan Sahabat Kapas, 6 Maret 2023

Oleh Hesdo C Naraha relawan Sahabat Kapas

 

“Yang perlu dilakukan adalah bermimpi, yakin bahwa mimpi itu akan terwujud, dan kita bertekad keras untuk mewujukannya” -Hasanudin Abdurakhman-

Bermimpi tentang hari ini

Mungkin saja di ratusan ribu masa yang lalu, nenek moyang kita sudah pernah berangan-angan atau bermimpi untuk menaiki kereta api. Mungkin juga, di masa yang sama mereka sudah berkeinginan untuk bisa mencapai tempat-tempat yang lain di muka bumi, dan lagi-lagi mungkin saja mereka juga berharap kehidupan di waktu besok akan lebih baik daripada hari ini dan masa lalu. Segala kemungkinan di atas terkesan amburadul, sulit untuk diterima begitu saja, tetapi bukankah kemungkinan selalu menyediakan sebuah kejutan?

“Apakah mungkin saya bisa menjadi pemimpin Negeri ini?” kata B. J. Habibie sewaktu dia masih anak-anak dan tinggal di pelosok Sulawesi. Berpuluh tahun kemudian, sejarah mencatat bahwa dia adalah salah satu ilmuwan terkemuka Indonesia yang diakui dunia dan juga menjadi salah satu diantara tujuh Presiden yang pernah memimpin Negara Indonesia.

Bukankah segala kemudahan yang kita alami di hari ini adalah bentuk nyata dari mimpi-mimpi sederhana pendahulu kita? Salah satu contoh paling aktual, marilah kita lihat ke sekitar kita saja. Di Yayasan Sahabat Kapas selama 13 tahun terakhir dipimpin oleh perempuan, berawal dari Bu Dian Sasmita*, kemudian berlanjut ke Mbak Sherly Maharani*. Tentunya perjalanan kedua perempuan ini bukan sebuah kebetulan, mereka adalah sebagian kecil dari potret perempuan masa kini -hari ini, yang menikmati mimpinya Ibu Kartini; kalau perempuan harus berpendidikan dan mendapatkan peran yang setara dengan laki-laki.

Hal ini berarti tidak ada satu pun mimpi yang sia-sia, bahwa setiap hal yang kita impikan hari ini tidak selalu terwujud hari ini juga, tetapi dengan meyakini bahwa ‘tidak ada mimpi yang sia-sia’, maka mungkin saja di besok pagi, dua hari lagi lagi atau kapan pun itu; pastinya akan terwujud. Oleh karena itu cobalah untuk mengingat sebentar, ambil waktu 2-3 menit untuk merenungkan, jangan-jangan hari ini kamu sedang menikmati sesuatu yang pernah kamu impikan dahulu? Jika iya, maka tersenyumlah dan berterima kasih karena impian mu tidak sia-sia.

Mimpi di dalam tidur vs Mimpi di saat bangun

Tanggal 6 Maret 2023 di kantor Yayasan Sahabat Kapas telah berlangsung lomba tidur sebentar dan bangun menuliskan mimpi. Siang itu, di ruang kerja yang tidak terlalu besar dihiasi banyak barang, salah satu pemandangan kesukaan saya adalah etalase kaca yang berisi berlapis-lapis buku, ada beberapa orang manusia di sana, telah terjadi ajakan untuk bangun dan menuliskan mimpi.

Menuliskan mimpi sebenarnya merupakan rangkaian terakhir dari acara ‘Diskusi Selapanan’, hari itu tema yang diusung adalah “One moment in Time”. Tidak ada suatu alasan yang terlalu filosofis, hanya karena kalimat pendek itu dapat diartikan sebagai ‘pada suatu waktu’, maka selapanan kali itu ingin mengajak semua orang yang hadir di sana untuk melihat kembali rentetan peristiwa hidupnya, yang tentu saja dimulai pada suatu waktu.

Banyak motivator sering mengdoktrin kita dengan keyakinan mereka, katanya “jika ingin menjadi sukses maka bangunlah dari tidur Anda, dan bekerjalah untuk mewujudkan mimpi-mimpi Anda.” Menurut pendapat saya, kita terlalu dipaksa untuk melompati tangga realitas, bukankah kita perlu membuat mimpi dulu? Bagaimana mungkin kita mau mewujudkan sesuatu yang bahkan membayangkan atau memimpikannya saja tidak pernah. Tentu saja hal ini amatlah rancu dan ambigu, sehingga tidak mengapa kalau tidur kita menjadi lebih lama sedikit, siapa tahu sedang bermimpi menyatakan cinta ke doi? Syukurlah kalau sudah terjawab baru terbangun, sayang sekali kalau akhirnya belum mendapatakan jawaban ehhh sudah keburu bangun.

Jika kemungkinan kedua yang terjadi, maka itu berarti kita memang diminta untuk mewujudkan mimpi itu. Bukan menciptakan sebuah ruang ilusi dalam bunga tidur saja, justru kita diminta untuk segera bangun dan mewujudkannya.

Menuliskan mimpi sudah seharusnya kita lakukan sejak kecil, karena dengan begitu di suatu masa ketika sudah beranjak dewasa, kita akan ingat bahwa hidup kita memang penuh dengan impian-impian yang menyenangkan. Di papan impian, seorang relawan Sahabat Kapas menuliskan pada post it-nya “ingin punya tabungan 100 Miliar”, ada pulang menuliskan “ingin menjadi orang yang baik dan bermakna.” Jelaslah bahwa setiap orang memiliki impiannya masing-masing, tidak ada aturan khusus untuk bermimpi, toh setiap orang akan bermimpi sesuai kapasitasnya juga. Tetapi lagi-lagi mimpi sangatlah bebas dan tak berbatas, saya pun ikut mengamini salah satu impian di atas “ingin punya tabungan 100 Miliar”, siapa tahu kelak saya ikut ditransfer 500 ribu untuk jajan, wah betapa itu sangat menyenangkan.

Pada akhirnya bermimpi bukan lagi sebuah hal yang perlu dikecam, siapa pun punya hak untuk memiliki mimpi menjadi apa saja atau memiliki apa saja. Kata Laskar Pelangi “mimpi adalah kunci untuk kita menaklukan dunia”, kalau berawal dari impian seorang B. J. Habibie bisa menjadi presiden, maka sangat mungkin untuk Mbak Uthie* kelak bisa menjadi pejabat daerah. Kalau berawal dari impian dan kegigihan, R. A. Kartini bisa menginspirasi pendidikan bagi perempuan, maka sangat mungkin untuk di suatu masa Kak Mala*, Kak Wilda*, Kak Hanna*, Kak Maya*, Kak Ambar*, Kak Dinar* juga punya impian yang bisa menginspirasi orang lain dan membawa perubahan.

Ingatlah pesan Hasanudin Abdurakhman: “Yang perlu dilakukan adalah bermimpi, yakin bahwa mimpi itu akan terwujud, dan kita bertekad keras untuk mewujukannya”.

——————————————————————–

*Disclaimer:

Tokoh-tokoh yang disebutkan dalam tulisan ini adalah relawan dan staf pada Yayasan Sahabat Kapas.

Menuju LPKA Ramah Anak dan Sensitif Gender

Kegiatan konseling kelompok remaja LPKA bersama Sahabat Kapas

Banyak sekolah yang sudah menyandang predikat sekolah ramah anak. Lalu bagaimana dengan Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA)? Rupanya pemerintah sedang berlomba untuk menjadikan lembaga atau institusi layanan anak sebagai tempat yang ramah anak. Mulai dari fasilitas umum, taman, sekolah hingga fasilitas kesehatan. Semua tempat yang bisa kita temukan anak-anak di sana, akan disulap menjadi tempat ramah anak. Continue reading “Menuju LPKA Ramah Anak dan Sensitif Gender”

Kunci Menjadikan Anak Cerdas dan Percaya Diri

Kunci Menjadikan Anak Cerdas dan Percaya Diri

Oleh Kelvin Rivalna Akbar*

Setiap anak dilahirkan dengan rasa keingintahuan yang tinggi. Rasa ingin tahu tersebut yang mendorong anak untuk belajar dan mengeksplorasi hal-hal di sekitarnya. Sayangnya, banyak orang tua yang kewalahan ketika menghadapi rasa ingin tahu anaknya. Bahkan, tak jarang orang tua sebal dan menyuruh anaknya untuk tidak banyak bertanya macam-macam. Respons orang tua yang demikian akan memunculkan rasa takut dan rasa tidak percaya diri pada anak. Acapkali orang tua enggan menjawab rasa penasaran anak sehingga rasa ingin tahunya terpatahkan. Hal ini akan memunculkan rasa takut dan kurang percaya diri untuk bertanya lagi.

Berikan Perhatian

Respons yang tidak menyenangkan membuat harapan orang tua agar anak belajar dan menjadi pintar secara tidak langsung terpatahkan oleh mereka sendiri. Terkadang orang tua merasa terlalu lelah setelah bekerja dan memilih istirahat dengan bermain smartphone daripada bermain dengan anak-anak. Anak kenyang merupakan indikator orang tua bahwa dia sudah menyelesaikan tanggung jawabnya. Padahal, seharusnya ketika orang tua pulang yang dilakukan adalah mencium sang anak dan menyapanya dengan memberi penghargaan.

Ajak Anak Bermain

Mengajak anak bermain merupakan salah satu fasilitas untuk berkembangnya pikiran anak. Kerena ilmuwan mengatakan bahwa bermain adalah belajar untuk anak. Dengan bermain, secara tidak langsung anak belajar apalagi bermain dengan orang tua. Orang tua akan lebih tahu mengenai anaknya dan menumbuhkan kelekatan dengan sang anak. Ketika anak bertanya, orang tua harus berusaha untuk memberikan penjelasan terbaik untuk anaknya. Penjelasan sebaiknya sesuai porsi anak-anak. Misal anak bertanya “kenapa kalau malam gelap” jawab saja “karena matahari sedang tidur, jadi digantikan dengan bulan yang tidak memiliki cahaya”.

Berikan Pujian dan Penghargaan

Memberikan pujian kepada anak atas usahanya juga dapat secara tidak langsung mengangkat harga diri anak. Sehingga anak akan tumbuh menjadi anak yang percaya diri. Penghargaan yang dimaksud tidak dengan membelikan sepatu atau sesuatu yang berbentuk fisik. Cukup katakan kepada anak “Wah hebat, keren, kece, pintar, rajin, dst” akan meningkatkan kepercayaan diri sang anak sehingga anak berkembang menjadi anak yang positif. Katakan hal baik ketika anak melakukan hal baik dapat meningkatkan perilaku baik juga. Karena perubahan yang baik dan disertai pujian yang baik maka perilaku yang baik itu akan meningkat.

Ajak Anak Cegah Bullying Melalui Film

Oleh Muhammad Rizki Budi Rampdan*

Perundungan (bullying) merupakan salah satu masalah yang paling sering muncul di lingkungan anak, terutama di sekolah. Melihat fenomena tersebut, tim magang Sahabat Kapas dari Sosiologi UNS dan Psikologi UMS mengadakan edukasi pencegahan bullying dengan medium film kepada anak-anak usia  6-8 tahun di GKI Sangkrah Solo pada Selasa (11/2/2020). Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada anak mengenai tindakan bullying dan cara pencegahannya. Continue reading “Ajak Anak Cegah Bullying Melalui Film”

Pelatihan Master Trainer Gender Transformative Approach (GTA)

Oleh Anindyanari Mukti Retnodewati*

 

Dua perwakilan Sahabat Kapas mengikuti Pelatihan Master GTA yang dilaksanakan oleh Rutgers WPF Indonesia. Pelatihan ini dilaksanakan pada tanggal 3 hingga 5 Februari 2020 dan bertempat di Hotel Novotel Solo. Gender Transformative Approach (GTA) ini senantiasa mengubah norma gender yang kaku serta ketidakseimbangan relasi kuasa yang selama ini tejadi dalam kehidupan masayarakat. Pelaksanaan GTA diaharapkan mampu meningkatkan Hak dan Kesehatan Seksual Reproduksi dan menurunkan kekerasan berbasis gender. Sebagai contoh, sebanyak 888 kekerasan dalam rumah tangga terjadi dalam triwulan ketiga pada tahun 2019 menurut Humas Pemerintah Jawa Tengah. Dengan banyaknya kasus tersebut, terlihat urgensi dalam pecegahan kekerasan berbasis gender di Indonesia ini.

 Pendekatan Berbasis HAM

Dalam melaksanakan pelatihan ini, Rutgers menggunakan pendekatan berbasis HAM (Human Rigths-Based Approach). Pendekatan ini dianggap sebagai suatu alat yang berguna untuk menegakkan hak-hak manusia khususnya perempuan dan anak perempuan yang dilanggar ketika kekerasan berbasis gender terjadi. Semua ras, agama, jenis kelamin, etnis, maupun latar beakang budaya mereka sebenarnya memiliki hak yang sama dan itu dibawa semenjak seseorang dilahirkan. Dengan begitu, hak asasi manusia tidak bisa dicabut oleh siapapun karena tidak dapat diambil maupun dilepaskan oleh orang lain.

Lalu apa hubungannya dengan GTA ini? Ini dilihat dari outcome yang diinginkan oleh Rutgers bahwa adanya kesetaraan gender serta seimbang dan terpenuhinya hak-hak seksual dan reproduksi. Agar pendekatan ini dapat berjalan maksimal, semua pemangku kewajiban perlu untuk diberikan pemahaman atau bekal untuk mempertahankan hak tersebut.

Ketimpangan Relasi Kuasa

Kekerasan berbasis gender yang selama ini terjadi tidak lepas dari seseorang yang lebih merasa berkuasa dibandingkan yang lainnya. Menurut Rutgers, ada 3 bentuk kekuasaan yang berbeda. Pertama adalah kekuasaan yang terlihat. Kekuasaan yang terlihat ini mengacu pada seseorang atau institusi yang lebih kuat dan bisa memengaruhi pemikiran atau tindakan orang-orang yang ada di bawahnya. Konotasi yang diberikan pada kekuasaan ini cenderung negatif karena berbentuk seperti dominasi, pelecehan, penindasan pada orang lain, dan pemaksaan.

Bentuk kekuasaan kedua adalah kekuasaan tersembunyi yang sering digunakan oleh suatu pihak yang memiliki hak-hak istimewa untuk mempertahankannya. Kekuasaan ini biasanya digunakan dalam proses politik, tempat kerja, maupun komunitas. Kekuasaan ini dilaksanakan dengan menciptakan berbagai hambatan-hambatan kepada orang lain untuk berpartisipasi semisal tidak diizinkannya seseorang (dikarenakan usia, jenis kelamin, maupun status sosial tertentu) untuk bersuara dalam suatu keadaan yang seharusnya mereka memiliki hak untuk bersuara.

Yang terakhir adalah kekuasan yang tak terlihat. Kekerasan ini merupakan sebuah bentuk kekuasaan yang melekat pada diri seseorang dikarenakan norma, nilai, maupun agama, yang telah diterima oleh masyarakat pada umumnya. Karena sudah melekat pada orang-orang, kekuasaan ini terbilang sulit untuk diatasi dan telah terjadi secara tidak sadar. Sebagai contoh, pada seorang wanita yang merasa harus patuh pada laki-laki karena ia telah meninternalisasi bahwa perempuan lebih rendah dibandingkan laki-laki meskipun secara finansial ia memiliki keuntungan yang lebih dibandingkan laki-laki tersebut.