Di bulan-bulan yang tiap harinya hujan hampir tak pernah absen, keberkahan pun mendatangi Sahabat Kapas. Kantor Sahabat Kapas yang berlokasi di Colomadu kembali kedatangan teman-teman aktivis kampus. Jika beberapa waktu sebelumnya teman-teman yang berkuliah di Kota Gudeg, Yogyakarta yang datang berkunjung, 11 Desember 2014 lalu giliran teman-teman dari UNS lah yang datang.
Rombongan yang datang kali ini adalah teman-teman dari Sekolah Aktivis yang merupakan program dari UKM FOSMI FH UNS. Teman-teman dari Sekolah Aktivis ini rata-rata adalah mahasiswa Semester 1 Fakultas Hukum UNS. Walau hujan dengan riangnya mengguyur kota Solo, namun tak mampu memadamkan semangat mereka untuk belajar dengan Sahabat Kapas.
Tik, tok, tik, tok . . Jarum jam terus melaju pada porosnya. Tim Sahabat Kapas sudah siap dari sebelum pukul 16.00 WIB. Camilan lezat sudah tersaji di atas piring. Rintik hujan sudah sedikit mereda, namun angin masih tak sungkan menggoyang-goyangkan dahan dan ranting pepohonan. Teman-teman dari Sekolah Aktivis masih belum datang juga. Pukul 16.30 WIB belum terlihat juga batang hidung salah satu dari mereka. Hingga jam menunjukkan pukul 17.10 WIB, iring-iringan motor dengan pengendaranya yang bagaikan kelelawar (karena memakai jas hujan) akhirnya berhenti di depan pintu kantor Sahabat Kapas. Kami menyambut teman-teman dari Sekolah Aktivis dengan suka cita. Mengajak mereka masuk ke kantor agar tidak kedinginan karena sebagian dari mereka basah terkena hujan. Ucapan maaf mereka lantunkan karena keterlambatannya. Dengan mempersilakan mereka duduk dan menjamu dengan makanan yang telah tersaji, menjadi jawaban dari permintaan maaf.
Untuk memulai acara, ada pembukaan dan perkenalan. Teman-teman dari Sekolah Aktivis pun menyampaikan maksud dan tujuan kedatangannya ke kantor Sahabat Kapas. Teman-teman yang dinobatkan sebagai calon aktivis tersebut ingin belajar tentang aktivitas sosial. Walaupun basic dari UKM FOSMI adalah UKM keagamaan, akan tetapi diperlukan ilmu-ilmu yang lain untuk mendukungnya, terutama ilmu keaktivan sosial. Mereka perlu belajar untuk menumbuhkan rasa sosial. Karena para aktivis pastilah dilengkapi dengan jiwa sosial yang tertanam kuat dalam jiwa dan hatinya. So, dengan berkunjung ke Sahabat Kapas harapannya jiwa sosial mereka bisa lebih terpupuk dengan suplemen-suplemen yang diberikan dari pengalaman-pengalaman Sahabat Kapas.
Perbincangan dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan timbal balik. Setelah dipancing-pancing, akhirnya teman-teman dari Sekolah Aktivis yang masih terlihat polos dan pendiam itu bertanya juga. Bahkan sekali bertanya, feedback bisa berkali-kali. Dan satu pertanyaan menjadi motivasi dan lecutan bagi teman-teman yang lain untuk mengajukan pertanyaan. Penggalian demi penggalian informasi yang dilakukan teman-teman dari Sekolah Aktivis sangat dalam. Namun kumandang adzan maghrib memecah sunyinya senja yang hanya diisi oleh suara titik-titik hujan. Diskusi pun dihentikan sementara agar teman-teman bisa segera melakukan sholat dan kembali melanjutkan pertanyaan yang masih mengganjal di hati.
Diskusi awal dipenuhi dengan pertanyaan-pertanyaan terkait awal mula inisiatif membentuk Sahabat Kapas. Pertanyaan yang diajukan menjurus pada keterangan yang harus dijawab oleh Mbak Dian (Direktur Sahabat Kapas). Tentang jiwa sosial yang besar dari teman-teman Sahabat Kapas. Hingga akhirnya muncul pertanyaan tentang kegiatan-kegiatan Sahabat Kapas di Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) Klaten hingga kegiatan yang merupakan kerja sama dengan UNICEF.

Ada satu pertanyaan dari seorang teman dari Sekolah Aktivis mengenai pendanaan Sahabat Kapas. Apakah ada donatur tetap yang selalu memberikan donasi atau bagaimana strukturnya. Saat itu Mbak Dian dengan santai menjawab, “Donatur Sahabat Kapas adalah Tuhan. Tuhan yang memberi uang sampai saat ini kami bisa berkegiatan.” Teman-teman terlihat tercengang dan kaget mendengar jawabannya. Keterangan-keterangan yang dibagikan oleh Sahabat Kapas justru menjadi celah untuk teman-teman Sekolah Aktivis mengajukan pertanyaan yang lebih mendetail lagi. Sampai juga pada kegiatan fundrising Sahabat Kapas yang terkenal dengan #OnJail.
Saking asyiknya berdiskusi, waktu pun berjalan sangat cepat tanpa terasa. Jam sudah menunjukkan pukul 19.45 WIB. Diskusi pun ditutup. Teman-teman Sekolah Aktivis terlihat sangat puas dengan diskusi ini. Di luar masih terlihat rintik hujan yang turun dari langit yang gelap. Pemberian kenang-kenangan pun tidak terlupa. Sesi foto-foto juga tak mau ketinggalan. Teman-teman dari Sekolah Aktivis pun berpamitan dan meninggalkan kantor Sahabat Kapas dengan suka cita. Semoga sedikitnya waktu untuk belajar ini dapat mendatangkan banyak manfaat bagi sekitar dan lebih dapat lagi menumbuhkan rasa sosial dalam jiwa teman-teman. Tidak ada yang sia-sia dari ilmu yang dibagikan kepada sesama.
Ditulis oleh N. Yukamujrisa (Relawan Sahabat Kapas).
Foto diambil dari facebook Sahabat Kapas : Solidaritas Kapas
Published by