My Voice for A Better World
Semarang 22-23 November 2014
Bulan November lalu, Sahabat Kapas berkesempatan mengikuti kegiatan yang diadakan oleh Yayasan Setara bersama Indonesia ACT untuk memperingati 25 Tahun Ratifikasi Konvensi Hak Anak. Kegiatan yang bertema, “My voice for a better world, suara kami untuk dunia yang lebih baik” diikuti kurang lebih 100 anak yang berasal dari Semarang, Klaten, Kendal, Rembang, Solo, Yogyakarta dan Bali.
Sabtu, pukul 10 pagi, tim Sahabat Kapas tiba di Hotel Grand Saraswati Semarang tempat berlangsungnya acara tersebut. Agak sedikit terlambat sehingga kami tak sempat mengikuti acara pembukaan. Setelah urusan administrasi selesai, kami bergegas memasuki ruangan. Tempat yang baru kami masuki terasa hangat dengan derai tawa dan lagu-lagu bersemangat, khas semangat anak-anak hebat. Tiga orang adik dampingan kami masih malu-malu, maklum, mungkin ini baru pertama kalinya mereka berada di forum dengan banyak orang. Setelah warming up dan berkenalan dengan beberapa peserta lain yang ternyata berasal dari isu yang sama, barulah pundak tak lagi tegang.
Berbagai macam kelompok anak lintas isu, seperti kelompok survivor, anak yang berkonflik dengan hukum (AKH) atau mantan AKH, pelajar, anak pedesaan, pekerja anak, anak jalanan, dan forum anak kota berada di satu ruangan. Ketika anak-anak dengan begitu cepat membaur, tim Sahabat Kapas sebagai pendamping justru merasa takjub. Tak ada yang mengungkit mempermasalahkan siapa dan dari mana mereka berasal, semua melebur menjadi satu tawa yang sama rasanya.
Siang hari, anak berdiskusi dan bertukar pengalaman terkait dengan permasalahan yang mereka hadapi. Rumusan akhir dari diskusi yang telah disusun berisi pernyataan sikap anak tentang pelaksanaan Konvensi Hak Anak ke depan untuk perbaikan situasi anak lebih baik khususnya di Indonesia. Deklarasi Anak rencananya akan dibacakan dan ditandatangani oleh perwakilan-perwakilan kelompok anak dan diserahkan kepada Gubernur Jawa Tengah sebagai pemangku tanggung jawab untuk melaksanakan mandat tersebut.
Anak-anak juga diberi kesempatan untuk memilih kelompok workshop mana yang paling mereka sukai, antara bermusik, melukis, sastra atau teater. Kelompok-kelompok ini nantinya akan menjadi ajang ekspresi dalam menyuarakan berbagai pandangan dan pendapat mereka mengenai permasalahan yang mereka hadapi.
Keesokan harinya, peserta beramai-ramai menyusuri jalan Pahlawan menuju ke kantor Provinsi Jawa Tengah. Di sepanjang jalan, tak hentinya terdengar seruan yel-yel untuk mempromosikan hak-hak anak dan ajakan agar warga masyarakat ikut bergabung. Berbagai atribut seperti pamflet, poster, balon turut menyemarakkan suasana.
Sampai di kantor Provinsi Jawa Tengah, bapak Gubernur, H. Ganjar Pranowo, S.H, telah berada di lokasi menunggu anak-anak yang akan menyampaikan pendapatnya.
Bapak Gubernur mendengarkan setiap pendapat yang disampaikan anak-anak dengan sabar. Gaya tutur kata anak-anak yang masih polos kadangkala mengundang gelak tawa. Namun demikian, pendapat mereka tak dapat begitu saja diabaikan. Mereka yang hadir adalah anak-anak dari berbagai latar belakang. Merekalah yang merasakan langsung permasalahan-permasalahan yang merenggut hak mereka. Seperti kebijakan sekolah yang diskriminatif terhadap anak-anak dalam keadaan khusus dan rentan (anak berkonflik hukum, anak jalanan, anak pekerja dll).
Dengan menyampaikan pendapat kepada orang nomor 1 di Jawa Tengah, anak-anak berharap suara mereka didengar. Kelak ada perubahan yang lebih baik untuk masa depan anak-anak yang lebih cerah 🙂
Published by