Rentang sepuluh tahun tidak sedikit pun memudarkan ingatan saya tentang sebuah film karya anak-anak di lembaga pembinaan. Film “Cabe, Harga Sebuah Kebebasan” membuat saya lebih sungguh memaknai kebahagiaan. Siapa pernah menontonnya?
Film ini diproduksi satu dekade yang lalu, tapi masih sangat berharga untuk dijadikan pengingat tentang perlunya menyederhanakan cara untuk menikmati hidup, lewat hal-hal yang tak harus datang dari sesuatu yang besar. Ada bentuk-bentuk kebahagiaan kecil yang terlihat sepele namun nyatanya menjadi sumber sukacita.
Lewat film “Cabe, Harga Sebuah Kebebasan”, anak-anak di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Klas II B Klaten menyampaikan pesan sederhana tentang makna kebahagiaan melalui kehadiran sebuah cabe sebagai teman makan. Bagi mereka, berpeluh keringat menikmati pedasnya makanan dengan cabe adalah oase yang mampu menyenangkan hati dan membuat merasa merdeka. Tawa dan kebersamaan pun ikut hadir bersamanya.
Ya, makna kebahagiaan ini didefinisikan sendiri oleh mereka yang sedang berada di tengah keterbatasan, yakni anak-anak di lembaga pembinaan yang menemukan diri mereka, secara harfiah, berada di balik jeruji besi. Mereka yang terkurung di dalam tembok-tembok yang dikelilingi menara pengawas dan kawat berduri. Di sana, mereka harus tinggal selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun di ruangan yang hampir terisolasi dan seringkali dianggap sebagai subjek yang pasif.
Film ini seolah berkata bahwa kebahagiaan tidak serumit apa yang kita pikirkan. Ia bentuknya sederhana dan beberapa sebabnya pun mudah ditemukan. Sejak hari itu, saya mendapati dua perkara; perihal definisi bahagia dan potret kehidupan anak-anak di dalam lembaga pembinaan dari sudut pandang berbeda.
Untuk kamu yang ingin tahu lebih jauh tentang film “Cabe, Harga Sebuah Kebebasan”, cerita di belakang lensa bisa dibaca di sini dan film utuhnya bisa ditonton di sini. Selamat menonton dan setelahnya ceritakan definisi bahagia versimu, ya!
-Aprilia Kusuma-
Published by