Konseling adalah metode yang dipilih untuk mendukung rehabilitasi dan pemulihan psikososial anak di LPKA. Anak di LPKA secara psikologis masuk pada usia remaja, yaitu fase transisi seseorang dari anak-anak menuju dewasa. Peralihan usia ini bersifat multidimensi, baik perubahan fisik, pola pikir, maupun perilaku. Banyak tantangan yang harus dihadapi serta konsekuensi psikologis, baik emosional dan behavioral.
Masa remaja adalah masa labil dimana perilaku dan pola pikir masih sangat berkembang pesat dan memungkinkan untuk diubah. Oleh sebab itu, mereka sedang mencari jati diri dengan membangun sosok dewasa seperti apa yang mereka inginkan. Pengaruh baik dan buruk yang didapat anak akan diproses oleh dirinya. Bagi anak-anak di LPKA yang sudah sering terpapar pengaruh buruk, maka perlu dan harus dibiasakan pada kebaikan-kebaikan. Salah satunya melalui konseling dimana posisi anak dan konselor setara dan seimbang. Hal tersebut membuat terjalinnya komunikasi dua arah yang baik sehingga paparan kebaikan dapat tersampaikan pada anak.
Layanan Konseling selama Pandemi
Pandemi tak kunjung usai, tetapi kami tetap harus menyediakan layanan konseling bagi anak. Oleh karena itu, konseling online adalah jawabannya. Mei 2020 menjadi tonggak inisiasi konseling online. Metode ini memudahkan konselor Sahabat Kapas tetap dapat memberikan layanan konseling pada anak meski jarak dan pandemi memisahkan. Konseling dan Curhat Online (KCO) ditawarkan Sahabat Kapas sebagai salah satu layanan yang dapat diakses oleh remaja dalam menghadapi permasalahannya. KCO Sahabat Kapas yang awalnya dikhususkan bagi anak alumni LPKA kini sudah dapat diakses bagi remaja umum maupun remaja rentan kekerasan. Sejak Mei 2020 hingga Oktober 2021 tercatat ada 22 remaja di LPKA yang mengakses layanan KCO dan 21 anak di tahun 2021.
Permasalahan yang mereka alami masih seputar masalah kerinduan pada keluarga karena tidak diperbolehkan membesuk secara langsung, hubungan antar teman di LPKA yang kurang baik, maupun tingkat kepercayaan diri anak karena menghadapi lingkungan baru di LPKA. Konseling mampu membantu mereka mengurangi emosinya, mengenal apa yang mereka rasakan, dan jujur pada dirinya sendiri jika mereka sedang tidak baik-baik saja. Metode bercerita dan berbagi dalam konseling mendorong anak untuk terbuka hingga dapat meringankan beban pikirannya yang seringkali peteng (gelap). Selain itu, Ada juga anak yang menunjukkan perilaku lebih positif, seperti mengayomi sesama teman, lebih komunikatif, dan memiliki emosi yang lebih stabil.
Kami berharap akan lebih banyak lagi remaja yang sadar tentang kesehatan mentalnya dan dapat mengakses layanan bantuan kapan saja. Enam konselor terlatih dapat menjadi tempat dan teman yang aman bagi remaja dalam mengomunikasikan masalahnya serta mendukung dan menemani remaja mencari solusi yang terbaik atas masalahnya. Akan tetapi, kami sadari bahwa layanan kami belum sempurna. Semangat kami untuk terus memperbaiki layanan adalah senyuman dan cerita baik dari remaja-remaja klien kami yang telah berhasil memerangi ego dan berlatih menjadi lebih baik.
Referensi:
Ralasari, Tri Mega. 2019. “Konseling Kelompok untuk Kenakalan Remaja”. Jurnal Konseling Andi Matappa. Vol. 3(1), 01-07.
Published by